Tidak semua yang sunyi berarti kosong.
Kronik Sunyi dari Kehidupan Sehari-hari adalah potret puitik seorang mahasiswa PGSD bernama Laut, yang hidupnya perlahan berubah ketika bertemu Hanabi?juniornya yang hadir layaknya kembang api: singkat, namun menyisakan cahaya dalam kesadaran.
Ditulis dalam gaya realisme-reflektif dan narasi metafiksional, buku ini menyelami keseharian yang penuh pertanyaan: tentang makna menjadi manusia, tentang kehilangan yang menyulut kesadaran, hingga lahirnya sebuah sistem batin bernama Manas?ruang dialog antara luka dan harapan.
Ditujukan bagi mereka yang sedang mencari, bukan jawaban, tapi gema dari pertanyaan-pertanyaan batin mereka sendiri.
Buku ini adalah bagian pertama dari Warisan Kesadaran Laut ke Zahir, sebuah trilogi fiksi filosofis yang menelusuri jejak sunyi dalam diri manusia modern.